Selasa, 25 Februari 2014

PERUBAHAN PENGEMBANGAN ORGANISASI. PERTEMUAN KE 12

PERUBAHAN AN PENGEMBANGAN ORGANISASI

  • Kekuatan - Kekuatan penyebab perubahan

a) Kekuatan-kekuatan eksternal

Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.

b) Kekuatan-kekuatan internal

Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen

sumber : http://lindajayanti98.wordpress.com/2013/01/11/kekuatan-kekuatan-penyebab-perubahan/

  • Cara - Cara Penanganan Perubahan

Ada dua pendekatan penanganan perubahan organisasi:

1.      Proses perubahan reaktifManajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam kebakaran.

2.      Program perubahan yang direncanakan (planned change), disebut sebagaiproses proaktif. Manajemen melakukan berbagai investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah cara-cara operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau sebagian besar satuan organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan dengan perubahan.

Di dalam proses perubahan, terdapat seorang atau individu yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar perubahan). Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan disebut “sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.
Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pendekatan struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang menyangkut aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya: desentralisasi, tanggung jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan pembagian kerja dll. Pendekatan teknologi berkaitan dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai denga teknologi baru; perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada perubahan struktur organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila pendekatan struktural dan teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang tepat, maka pendekatan- pendekatan orang dimaksudkan untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan dan ketrampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka sehingga diharapkan akan melaksanakan tugas dengan lebih efektif. (dalam Handoko, 1991).

  •  Penolakan Terhadap Perubahan

Bila perubahan terjadi, para manajer dan karyawan bereaksi baik secara positif maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan karyawan cenderung mendukung perubahan bila diarahkan pada penyebab nyata suatu masalah dan mereka tidak dirugikan. Bisa juga mereka bersikap netral. Reaksi-reaksi terhadap perubahan adalah sebagai berikut :

1. Orang mungkin menyangkal bahwa perubahan sering terjadi. Bila ini terjadi organisasi kemungkinan akan terus kehilangan efektivitasnya.
2. Orang mungkin mengabaikan perubahan. Manajer menangguhkan keputusan dengan harapan bahwa masalah yang terjadi akan hilang dengan sendirinya.
3. Orang mungkin akan menolak atau mungkin menentang perubahan. Karena berbagai alasan manajer dan karyawan
4. Orang mungkin menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
5. Orang mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya, seperti yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan progresif.

Ada tiga sumber penolakan terhadap perubahan yaitu :

1. Ketidak pastian tentang akibat dan pengaruh perubahan.
2. Ketidak pastian untuk melepaskan keuntungan-keuntungan yang ada.
3. Pengetahuan akan kelemahan-kelemahan dalam perubahan yang diusulkan.

Penanggulangan penolakan terhadap perubahan :

1. Pendidikan dan komunikasi
Salah satu cara untuk menanggulangi penolakan terhadap perubahan adalah sedini mungkin menginformasikan perubahan-perubahan yang telah direncanakan dengan alasan logis.
2. Partisipasi dan keterlibatan
Penolakan ini dapat dikurangi atau dihilangkan bila mereka yang potensial dilibatkan dalam perancangan dan implementasi perubahan.
3. Kemudahan dan dukungan
Cara lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada mereka yang terlibat dalam proses perubahan.
4. Negosiasi dan persetujuan
Contohnya persetujuan serikat, memberikan kenaikan pesangon pensiun karyawan sebagai pertukaran dengan penghentian kerja yang lebih dini.
5. Manipulasi dan bekerja sama
Dilakukan dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui pemberitaan informasi secara selektif atau urutan kejadian dengan sengaja. Bisa juga bekerja sama dengan orang kunci dalam suatu kelompok dalam pemberian perancangan proses perubahan.
6. Paksaan implisit dan eksplisit
Dilakukan dengan ancaman PHK, penundaan promosi dan lain sebagainya, bisa juga memindahkan ke ladang yang kering

sumber : http://rnurinaramadhani.blogspot.com/2011/01/perubahan-dan-pengembangan-organisasi_09.html
  • Proses Pengelolaan Perubahan

Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.

Tahap-tahap Proses Perubahan    

1.     Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan. Misalnya adanya perubahan penjualan, penurunan produktivitas dan sebagainya.
2.     Intervensi dan Reorientasi
Digunakan untuk merumuskan masalah dan dimulai proses dengan membuat para anggota organisasi memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak-pihak luar sering digunakan, juga staff internal yang mempunyai dan dipandang ahli serta dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar perubahan.
3.     Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan tidak penting.
4.     Penemuan dan pengenalan masalah
Pengantar perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang diketemukan dan masuk akal dengan menghindari “metode-metode lama yang sama”. Bawahan didorong dan diajak untuk berpartisipasi, sehingga mereka lebih terikat pada serangkaian kegiatan.
5.     Percobaan dan hasil
Pada tahap keempat diuji dalam program-program yang berskala kecil dan hasilnya dianalisa.
6.     Pungutan dan penerimaan
Setelah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara sukarela dan harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan pada perubahan.

sumber : http://dyan11.blogspot.com/2011/05/proses-pengelolaan-perubahan.html

  • Konsep Pengembangan Organisasi

 Konsep pengembangan Organisasi

1.      Pengertian Pengembangan Organisasi (OD)
a.       Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi sehingga organisasi itu adaptif dengan lingkungannya.
b.      Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu organisasi.

2.      Mengapa Pengembangan Organisasi (OD) Perlu Dilakukan?
Dalam kenyataannya organisasi seringkali terjadi stagnan yang disebabkan keengganan manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan dis equilibrium. Hal inimengakibatkan patologi dalam organisasi sehingga perlu dilakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi.
Sebab-sebab penolakan/ penentangan terhadap perubahan adalah :

a.       Security
Merasa tidak aman dengan kondisi baru yang belum diketahui sehingga perlu penyesuaian.
b.      Economic (berkaitan dengan untung rugi)
Organisasi cenderung menolak perubahan karena tidak mau menanggung kerugian dengan adanya perubahan.
c.       Psikologis dan budaya/kebiasaan
·         Persepsi

Persepsi yang salah bisa menjadi sumber terjadinya sikap menentang terhadap perubahan.
·         Emosi
Emosi akan menimbulkan prasangka sehingga cenderung menolak perubahan.
·         Kultur
Berguna sebagai dasar dalam menilai hal-hal baru yang diterimanya.

Faktor –faktor penyebab dilakukannya pengembangan organisasi adalah :

a.       Kekuatan eksternal
·         Kompetisi yang semakin tajam antar organisasi.
·         Perkembangan IPTEK.
·         Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar organisasi untuk masa depan organisasi.
b.      Kekuatan internal
Struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan fasilitas, proses dan sasaran bila tidak cocok akan membuat organisasi melakukan perbaikan. Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada.

Didalam OD terdapat pendekatan integratif yaitu :

a.       Adanya organisasi dan manajemen yang terencana ke arah organisasi dan manajemen yang manusiawi.
b.      Adanya perkembangan konsepsi latihan kepekaan dan studi laboratorium. Pemikiran ini didahului oleh Kurt Lewin mengenai Counter Group bergeser pda Incounter Group. Hal ini dirasa tidak bisa membantu didalam prakteknya.
c.       Pengembangan potensi manusia.

Geseran didalam OD terjadai pada nilai, proses dan teknologi.

a.       Geseran / perubahan nilai yang dibawa OD diantaranya adalah:
·         Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.
·         Pengembangan potensi manusia.
·         Efektivitas dan kesehatan organisasi.
·         Pekerjaan yang menarik dan menantang.
·         Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.
·         Penerimaan terhadap kemanusiaan.

Nilai yang dicari untuk mengembangkan OD adalah nilai yang dianggap tepat, benar dan baik dalam pengelolaan SDM.

b.      Geseran proses meliputi:
·         Proses efektif
·         Proses manajemen
·         Proses pelaksanaan kerja
c.       Geseran teknologi yang diutamakan adalah teknologi yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.

3.      Karakteristik Pengembangan Organisasi

a.       Keputusan penuh dengan pertimbangan.
b.      Diterapkan pada semua sub sistem manusia baik individu, kelompok dan organisasi.
c.       Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi.
d.      Kolaborasi.
e.       Teori sebagai alat analisis.

4.      Langkah-Langkah Pengembangan Organisasi
a.       Penilaian keadaan.
b.      Pemecahan masalah.
c.       Implementasi.
d.      Evaluasi.

PENGARAHAN DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI. PERTEMUAN KE 11

Ø  PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Misalnya, dengan mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard (1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara lain:

* Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)

* Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)

* Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).

Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:

* Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn)

* Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)

* Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques)

Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna : 

* Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.

* Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri

* Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.


Dari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah
* Seni untuk menciptakan kesesuaian paham
* Bentuk persuasi dan inspirasi
* Kepribadian yang mempunyai pengaruh
* Tindakan dan perilaku
* Titik sentral proses kegiatan kelompok
* Hubungan kekuatan/kekuasaan
* Sarana pencapaian tujuan
* Hasil dari interaksi
* Peranan yang dipolakan
* Inisiasi struktur

Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu gejalasosial.

Ø  PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Hampir seluruh penelitian kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam empat macam pendekatan, yaitu pendekatan pengaruh kewibawaan, sifat, perilaku, dan situasional.

a.Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach)

Menurut pendekatan ini keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut. Pendekatan ini menekan proses sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara para pemimpin dengan bawahan.

Berdasarkan hasil penelitian French dan Reven dalam Wahjosumidjo (2010: 20) terdapat pengelompokan sumber darimana kewibawaan tersebut berasal, yaitu :

1. Reward power: bawahan mengerjakan suatu agar memperoleh penghargaan yang dimiliki oleh pimpinan.

2. Coersive Power: bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pimpinan.

3. Legitimate Power: bawahan melakukan sesuatu karena pimpinan memiliki kekuasaan untuk memerintah bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban untuk menurut atau mematuhi.

4. Expert Power: bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pimpinan memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.

5. Referent Power: bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pimpinan atau membutuhkan untuk menerima restu pimpinan dan mau berperilaku pula seperti pimpinan.

Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah, kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahan, bahkan menggerakkan memberdaya segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah sesuai dengan keinginan kepala sekolah. Berdasarkan pendekatan pengaruh kewibawaan, seorang kepala sekolah dimungkinkan untuk menggunakan pengaruh yang dimilikinya dalam membina, memberdayakan, dan memberi teladan terhadap guru sebagai bawahan. Legitimate dan coersive power memungkinkan kepala sekolah dapat melakukan pembinaan terhadap guru, sebab dengan kekuasaan dan memerintah dan memberi hukuman, pembinaan terhadap guru akan lebih mudah dilakukan.

b. Pendekatan Sifat (the treat approach)

Pendekatan ini menekan pada kualitas pimpinan keberhasilan pimpinan ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh pimpinan seperti (1) tidak kenal tidak lelah atau penuh energi; (2) intuisi yang tajam; (3) tinjauan ke masa depan yang tidak sempit; dan (4) kecakapan meyakinkan yang sangat menarik.

Menurut pendekatan sifat, seseorang menjadi pimpinan karena sifat-sifatnya dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti dikatakan oleh Thierevt dalam Purwanto (1997 : 37) : “the heredity appoach status that leaders are born and note made that leaders do not acquire the ability to lead, but in here it” yang artinya pimpinan adalah dilahirkan bukan dibuat, bahwa pimpinan tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya. Selanjutnya, Stogdell dalam Sutisna (1985 : 67) mengemukakan bahwa seseorang tidak menjadi pemimpin dikarenakan memulai suatu kombinasi sifat-sifat kepribadian, tapi pola sifat-sifat pribadi pemimpin itu mesti menunjukkan hubungan terkata dengan sifat, kegiatan, dan tujuan daripada pengikutnya.

Berdasarkan pendekatan sifat, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi melainkan ditentukan oleh kecakapan/keterampilan (skill) pribadi pemimpin. Hal ini sejalan dengan pendapat Yukl (1981 : 16) yang menyatakan bahwa sifat-sifat pribadi dan keterampilan seorang pemimpin berperan dalam keberhasilan seorang pemimpin.

c. Pendekatan Perilaku (the behavior approach)

Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang dapat diamati atau dilakukan oleh para pemimpin dari sifat pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pendekatan perilaku itu mempergunakan acuan seperti pribadi dan kewibawaan. Sifat-sifat pribadi, (a) kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi ; (b) selalu siap terhadap lingkungan sosial ; (c) berorientasi kepada cita-cita keberhasilan; (d) tegas ; (e) kerjasama ; dan (f) percaya diri.

d.Pendekatan Kontigen (Continngenceapproach)

Pendekatan kontengensi menekakankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur dan memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pemimpin dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan pada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional (Hasibuan, 1986 : 45).

Teori kontingensi bukan hanya merupakan hal yang penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi membantu pula para pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat dan berdasarkan situasi.

Dalam kaitan ini Sutisna menyatakan bahwa “kepemimpinan ; adalah hasil dari hubungan-hubungan dalam situasi sosial dan dalam situasi berbeda para pemimpin memperlihatkan sifat pribadinya yang berlainan. Jadi pemimpin dalam situasi yang satu mungkin tidak sama dengan tipe pemimpin dalam situasi yang lain sementara Fattah (2001: 17) berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.



  • PENDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN

1. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan (styleleadership). Aspek yang pertama yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama yaitu : 1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan 2) fungsi-fungsi pemeliharaan (pemecahan masalah sosial). Pada fungsi yang pertama meliputi pemberian saran pemesahan dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan pada fungsi pemeliharaan kelompok meliputi menyetujui atau memuji orang lain dalam kelompok atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.

2. Gaya-gaya Kepemimpinan

Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan meliputi 1) Gaya dengan orientasi tugas dan 1) Gaya berorientasi dengan karyawan. Pada gaya yang pertama pemimpin mengarahkan dan mengawasi melalui tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya secara tertutup, pada gaya ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan gaya yang berorientasi pada karyawan lebih memperhatikan motivasi daripada mengawasi, disini karyawan diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui tugas-tugas yang diberikan.

sumber : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/04/beberapa-pendekatan-dalam-kepemimpinan.html

  • TEORI X DAN TEORI Y DARI MC GREGOR

Douglas McGrogor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep ini terkenal karena menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai bergaya kepemimpinan otoriter dan sebaiknya seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih cenderung menyukai gaya kepemimpinan demokratik.

Penelitian Di Universitas Ohio State Dan Michigan 
Di universitas Ohio State, para peneliti mencoba mempelajari efektifitas dari perilaku kepemimpinan untuk menentukan mana yang paling efektif dari kedua 

Pendekatan Situasional “ Contingency”
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.
Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) bawahan 3) Situasi juga pemimpin harus berorientasi pada kelompok.

sumber : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/04/beberapa-pendekatan-dalam-kepemimpinan.html


Kamis, 20 Februari 2014

Curhat dikit hehe

Assalamu'alikum wr wb.

saya disini mau numpang cerita sedikit tentang pengalaman saya di dunia BIKERS. hihi :D
Agak sedikit aneh sih ya kalo seorang perempuan seperti saya mengikuti salah satu communitas motor di daerah Bekasi. Tapi ini kenyataannya lah, saya memiliki hobby di dunia motor.

Sejak saya SMA, saya hanya sekedar menyukai seorang pengendara motor gede yang lengkap dengan atribut touringnya. Nah dari situlah saya mulai mempunyai pikiran untuk mengikuti style motor touring. Ya walaupun motor saya matic, sedikit demi sedikit saya rubah menjadi style motor touring, dari Handguard, lampu hazard, wingrack, klakson yang bersuara besar, hihi jadi merasa memiliki kebanggaan tersendiri saat menunggangi motor saya.

setelah saya lulus SMA, dan sekarang menduduki bangku kuliah, saya masuk di sebuah community yg bernama BOSTER (bikers of street fighter). ya memang agak sulit untuk masuk sebuah communitas, karna itu artinya saya memiliki sebuah tanggung jawab baru, sebagai seorang bikers, saya ingin menunjukkan pada semua masyarakat pada umumnya yang kebanyakan bilang kalu communitas motor itu mengendarai dengan cara yang ugal - ugalan, disinilah tanggung jawab saya untuk membuktikan bahwa tidak semua community itu seperti itu.

saya berkeinginan menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas, dengan memakai pengaman dalam berkendara seperti helm yang utama dan menaati peraturan lalu lintas, dan masih banyak aturan aturan yang seharusnya dilakukan orang banyak.

sekian dulu yaaa, kapan kapan saya lanjutkan kembali. terima kasih ^,^

ATURAN DALAM TOURING

Waaah.. ini niiih… Bagus banget buat anda2 pecinta Touring Motor.. Ternyata, Touring dengan cara Berkonvoi itu ada aturannya Bro… Banyak banget Istilah2, Kode2 yang bisa buat kita Aman, Nyaman, dan Selamat ampe Tempat Tujuaan….  Klo berminat… Silahkan diBaca yaah…
Suatu hari.. temen2ku ngajak aku pergi jalan2.. maunya sih ber 5 orang, alias 3 Motor.. eh, tau2nya… yang ikut 30′an orang.. dari yang boncengan ampe sendiri.. kehitung motor yang hadir sekitar 25 Motor.. waaw.. lumayan banyak pikirku..  ya udah.. tanpa basa basi.. kita jalan deh.. Arah tujuan kita adalah Bedugul, Tepatnya di Tabanan – Bali, Startnya dari Denpasar.. Daerah sana Adeem.. yah, buat hilangin penat gitu deh… dengan hati riang dan cuaca yang cerah.. kita berkendara dengan semangat…
Kita berkendara seperti bergerombol.. ada yang ketinggalan.. ada yang duluan.. ada yang sambil becanda2.. dan akhirnya… saat2 yang tidak diinginkan datang.. sebuah mobil yang hendak menyeberang jalan, tiba2 langsung melaju tanpa melihat kiri kanan.. akhirna, kita semua terkejut dan rem mendadak.. wah…, hal buruk terjadi.., hampir 5 motor tabrakan bersamaan.. istilahnya Tabrakan Beruntun gitu.. dan akhirna kita berhenti , melihat situasi dan kondisi teman2. yah, untungnya sih.. tidak terlalu parah.. cuman  lecet2, dan kondisi motor masi siap untuk berangkat.. akhirna kita sepakat.. “Maju Terus Pantang Mundur”…
Hmm… Hampir 15 menit berkendara setelah kejadian itu, muncullah  pengendara lain yang sedikit ugal2an.. Pengendara tersebut melakukan banyak manufer2 yang bikin kita geleng2 kepala, dan masuk ke rombongan tanpa permisi.. haduuh.. akhirna terjadi lagi.., salah satu teman terserempet.. Mulailah pertengkaran mulut terjadi, dan kita semua berhenti mencoba menenangkan emosi mereka ber 2 .. hmm.. akhirna kita coba damai, dan pertengkaranpun berhenti.. dan kita kembali berkendara lagi..
Hmm… akhirnya tidak lama kemudian..  kita sampai deh di Bedugul.. tepatnya di Taman Rekreasinya… waktu sampai di parkiran.. kita dengar suara motor, klaokson yang sangat riuh, kita sontak kaget.. di blakang rombongan kita ternyata rombongan yang laen tiba.. Suara klakson dan sirene tidak henti berbunyi.. seperti halnya mau perang, ada yang pake rompi spotlight, sepatu, jaket tebal, handlamp, peluit, menghidupkan lampu depan, huuh.. pokokna Safety bgt deh. Dan yang paling aku kagum, mereka berkendara dengan rapi dan santun. Waaw.. hebat sekali.. Akhirnya aku coba bertanya.. “Ini rombongan darimana mas?” ada salah satu anggota Rombongan tersebut menjawab.. ” Kami Club Motor mas.. “.. hmm.. akhirnya kami berkenalan dan mengobrol, sembari membeli Tiket.. Aku ceritakan semua tentang perjalananku dari Denpasar menuju Bedugul.. Akhirnya dia Tertawa dan bilang.. ” Mas, klo Rombongan atau sama halnya dengan Touring dan Konvoi, ada Aturan Maennya.. Nga asal berangkat, dan Seenaknya di Jalan.. “, .. Akhirnya aku penasaran.. ” Trus Aturan tersebut seperti apa?! ” Dan, dia menjelaskan..
S.O.P ( Standard Operating Procedur ) Safety Convoy dan Touring, itu adalah prosedur dasar bagi para pengendara motor, baik itu club maupun komunitas motor. Prosedur ini gampang2 susah di terapkan.. tapi demi keamanan dan keselamatan.. prosedur ini harus dipegang teguh dan dijalankan.. prosedur ini berlaku bagi rombongan di atas 10 motor.. dan memiliki petugas2 yang diberikan tanggung jawab untuk pelaksanaannya.. Petugas2 tersebut antara lain..

  •  Kapten adalah pengendara sepeda motor yang memimpin perjalanan touring.
  •  Voorrijder adalah pengendara sepeda motor yang memimpin barisan konvoi.
  •  Safety Officer adalah peserta touring yang ditunjuk oleh kapten untuk mengamankan jalur atau jalan yang akan dilalui oleh peserta konvoi
  •  Sweaper adalah peserta touring yang ditunjuk, untuk mengawasi dan mengamankan posisi peserta touring selama perjalanan.
  •  Technical Officer adalah peserta touring yang ditunjuk oleh kapten sebagai petugas yang mengkoordinir bantuan teknis terhadap kerusakan teknis kendaraan peserta touring.
  •  Formasi adalah bentuk susunan pengendara sepeda motor dalam barisan selama perjalanan touring.

Setiap pelaksanaan touring harus dipimpin oleh seorang Kapten dan setidak- tidaknya dibantu oleh 1 (satu) orang Voorrijder, 2 (dua) orang Safety Officer, 2 orang Sweaper, 1 orang Technical Officer. Jangan lupa.. Kapten adalah Pimpinan tertinggi dalam satu group pengendara sepeda motor yang melaksanakan touring. Setiap perserta Touring.. harus mematuhi peraturan2 yang diberlakukan oleh para petugas, Seperti…

  • Datang dan berangkat tepat pada waktu yang telah ditentukan.
  • Mematuhi peraturan lalu lintas (dilarang keras menerobos lampu merah, berhenti sembarangan, dll.)
  • Dilarang keras mengintimidasi pengguna jalan lain (memukul, menendang, melukai, meludahi, atau bentuk2 arogansi lainnya)
  • Tidak saling mendahului atau berebut jalan.
  • Tidak melakukan manuver2 atau atraksi2 berbahaya saat touring berlangsung ( lepas tangan, angkat ban, zig –zag, memainkan kenalpot berlebihan, dan aksi2 yang lainnya yang bisa membahayakan pengguna jalan lain dan peserta Touring)
  • Memberikan kesempatan kepada pengendara lain yang secara terpaksa karena kondisi lalu lintas, harus masuk dalam barisan konvoi.
  • Tidak menggunakan Sirine dan Klakson secara berlebihan terutama pada saat kondisi macet, kecuali untuk kondisi Emergency. ( Sirine boleh di gunakan, jika menggunakan pengawalan Kepolisian, Surat Kepolisian, Menyalip Truck dan sejenisnya, Memberikan isyarat Touring dimulai atau memang dalam keadaan darurat.)
  • Memberikan salam penghormatan dangan mengancungkan ibu jari kanan atau kiri atau membunyikan klakson 1 kali kepada polisi yang berugas di jalanan.
  • Kecepatan berkendara disesuaikan dengan kondisi jalan ( batas maksimal 80 Kpj, untuk luar kota, dalam kota 60 Kpj.)
  • Konvoi selalu diusahakan berada di jalur Kiri.( Dalam kondisi – kondisi tertentu, boleh menggunakan jalur kanan, dengan memperhatikan kondisi sekitarnya )
Memberikan isyarat Sopan saat meminta jalan kepada pengguna jalan lainnya, dan mengucapkan terima kasih dengan mengacungkan Ibu jari kanan atau kiri.
  • Waspada dan tetap konsentrasi selama berkendara.
  • Tidak Egois, pemaaf dan empaty ( mengalah ) terhadap pengendara lain ( pengguna jalan )
  • Selalu menerapkan tata cara berkendara yang aman dan benar.
  • Dapat mempertahankan suasana hati yang Positif
  • Selalu tenang dan tidak terpengaruh atas Provokasi dari pengendara lain.
  • Dapat mengontrol Emosi yang berubah ubah.

Untuk kenyamanan dan keamanan, semua peserta touring & petugas tanpa terkecuali, harus melengkapi kendaraannya minimal dengan kondisi sebagai berikut :

  • Kaca Spion harus lengkap serta berfungsi dengan baik.
  • Seluruh lampu harus berfungsi dengan baik, Ban kendaraan dalam kondisi layak jalan.
  • Rem depan dan belakang berfungsi dengan baik.
  • Klakson dan Reting ( kanan dan kiri ) berfungsi dengan baik.
  • Memiliki dan membawa surat2 kendaraan serta pengenal diri ( STNK, SIM C, KTP )
  • Tools Kit standard tersedia.
  • Oli, Minyak Rem, Kampas Rem, Rantai, Ban, dalam kondisi layak pakai.
  • Bahan Bakar Full.

Naah.. jika kelengkapan Kendaraan sudah siap.. jangan lupa juga, setiap Peserta dan Petugas harus dalam keadaan Prima.. tidak dalam pengaruh  Obat2an dan  Alkohol,  Serta melengkapi diri minimal dengan kondisi sebagai berikut:

  • Menggunakan Helm Full Face atau Half Face, dengan kondisi yang layak pakai. ( Dilarang menggunakan Helm Topi atau Cetok, atau tidak menggunakan helm sama sekali.)
  • Menggunakan sarung tangan.
  • Menggunakan sepatu
  • Memakai Body Protector, minimal Jaket tebal.
  • Membawa Jas Hujan.
  • Membawa perlengkapan P3K dan Obat2 Kesehatan untuk keperluan Pribadi

Tidak ketinggalan dengan alat bantu Petugas.. harus juga melengkapi diri minimal dengan Kondisi sebagai berikut :

  • Rompi Spotlights ( Warna Cerah atau memantul )
  • Sirine atau Klakson khusus.
  • Strobo / Blitz ( Sebagai tanda bagi pengedara lawan arahnya )
  • RF Communicator
  • Safety Flash Light ( Lampu panjang, yang bisa kedap kedip, biasa di pake Pak Polisi mengatur lalulintas )

Untuk masalah Formasi dalam berkendara saat Konvoi.. Ada 2 Tipe, Formasi 1 & Formasi 2..

  • Formasi 1 adalah berbaris 1 kebelakang dengan yrytan Voorrijder di Depan, Para Peserta dan Kapten Konvoi serta Safety Officer, Technical Officer, paling belakang Sweaper. Jarak antar pengendara 1 – 2 Meter. Dengan simbol, mengangkat satu Jari Telunjuk Tangan ke arah Atas.
  •  Formasi 2 adalah berbaris 2 kebelakang dengan posisi Selang – Seling. Jika jumlah peserta ganjil.. Maka Sweaper berada di belakang tengah barisan. Dengan simbol mengangkat Jari posisi menunjukkan angka 2.

Jangan lupa.. Setiap simbol Formasi yang diacungkan oleh Voorrijder, Harus di ikuti dan memberi tahu para peserta dibelakangnya, dengan simbol yang sama…

Dibawah ini adalah contoh gambar Isyarat, saat start konvoi, saat konvoi, dan saat convoi berhenti…

ISYARAT DIMULAINYA TOURING

  • Mengancungkan ibu jari, berarti kondisi motor dan pengendara siap untuk memulai Touring.
  • Isyarat ini diawali oleh Voorrijder, kemudian diikuti oleh seluruh peserta touring untuk menyatakandirinya siap memulai Touring.
  • Kondisi siap berangka adalah, perlengkapan pengendara telah selesai dipakai ( sarung tangan, helm, dll ) mesin motor telah hidup, lampu depan telah hidup, lampu Hazard atau lampu sign kanan telah menyala.
  • Kapten melakukan Inspeksi hingga kebelakang barisan untuk memastikan semua peserta telah memberikan tanda siap ( mengancungkan ibu jari )
  • Setelah memastikan peserta siap, jumlah peserta sesuai rencana, urutan peserta telah sesuai dan petugas Touring telah siap, maka Kapten kembali keposisinya kemudian memberikan isyarat keberangkatan kepada Voorrijder dengan tanda mengancungkan ibu jari tangan.


ISYARAT SELAMA TOURING

  • Mengangkat tangan dan mengayunkan ke arah depan, adalah tanda bahwa Konvoi bergerak lurus. Isyarat ini disampaikan oleh Voorrijder, dan harus diikuti oleh semua peserta Touring.( Gambar 1 )

Mengayunkan tangan ke arah bawah, adalah tanda unuk memperlambat kecepatan dan berhati – hati. Isyarat ini disampaikan oleh VoorrijderSafety Office serta Sweaper dan harus diikuti oleh peserta Touring.( Gambar 2 )
Mengarahkan Tangan ke arah Kanan atau Kiri, adalah tanda bahwa Konvoi berbelok ke arah Kanan atau Kiri. Isyarat ini disampaikan oleh Voorrijder, dan diikuti oleh peserta Touring ( Gambar 3 )
Mengangkat tangan sambil mengepalkan jari tangan, adalah tanda untuk berhenti. Isyarat ini disampaikan oleh Voorrijder, Safety Officer, Sweaper dan diikuti oleh semua peserta Touring. ( Gambar 4 )
Menurunkan Kaki Kiri atau Kanan, adalah isyarat adanya Hambatan atau Halangan di sisi Kiri atau di sisi Kanan. Seperti : Lubang, Jalan Rusak, Pembatas Jalan yang membahayakan dll. Isyarat ini diawali oleh Voorrijder dan di ikuti oleh para peserta Touring.(Dilarang memberi tanda ke arah Pengguna jalan lain yang berada di jalur kanan lalu lintas ) Gambar 5.
Menurunkan kedua Kaki Kiri dan Kanan adalah isyarat adanya Hambatan atau Halangan. Seperti : Lubang, Jalan Rusak, Polisi Tidur, Perbatasan Jembatan, Rel Kereta Api, dll.( Gambar 6 )

SUMBER : http://putrabali17.wordpress.com/2009/01/15/test/